Sabtu, 12 Juli 2008

Pilkada Maluku

"Maluku Masa Mendatang"

Judul ini sebetulnya lebih dimasudkan untuk melihat kembali hasil Pilkada Maluku yang telah berlangsung pada 9 Juli 2008. Pemenang telah ditentukan oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) adalah pasangan Rasa. Walaupun hasil resmi dari KPUD Maluku belum diumumkan. kalaupun waktunya untuk diumumkan, paling tidak prosentasi perbedaan tidaklah signifikan.
Provinsi Maluku kembali dipimpin oleh K.A. Ralahalu (gubernur incumbent) dan S. Assagaf (mantan Sekda Maluku). keduanya tidak asing lagi bagi masyarakat Maluku.
Bagi masyarakat Maluku, inilah saatnya untuk melihat apa yang nanti akan dibuktikan oleh kedua pemimpin ini lima tahun ke depan. apakah janji-janji waktu masa kampanye akan dibuktikan atau hanya sekedar retorika politik.
Masyarakat Maluku harus berani untuk melakukan koreksi, pengawalan dan pengawasan terhadap seluruh proses pembangunan.
jika ini dilakukan maka Maluku Masa Depan yang lebih baik akan terwujud.

12 Juli 2008

Minggu, 09 Maret 2008

DAMAI DI TENGAH KONFLIK MALUKU

DAMAI DI TENGAH KONFLIK MALUKU adalah potret dari sebuah realitas yang sangat tidak lazim dijumpai dalam situasi konflik Maluku yang berlangsung sejak lebih dari tiga tahun. Ketika semua orang nyaris tidak punya pilihan kecuali harus mengidentifikasi dirinya dengan kelompok sesuai garis keagamaan yang dianut; ketika semua wilayah di Kota Ambon tidak bebas dari terpaan konflik, ternyata masih tersisa satu desa. Desa Wayame yang berpenduduk heterogen baik dari segi suku, agama maupun status sosial ekonomi yang mampu memelihara dan mempertahankan stabilitas sosial dan keamanan di dalam desanya.
Hasil penelitian yang dibukukan ini, dimaksudkan untuk mengungkapkan dan menjelaskan bagaimana masyarakat Wayame sebagai satu komunitas yang heterogen dapat mengembangkan apa yang disebut preserved social capital sebagai basis surivival strategy merespons tekanan-tekanan dinamika konflik Maluku guna mempertahankan damai di tengah konflik Maluku di Desa Wayame.

Tony Donald Pariela. Memperoleh gelar Master of Arts dari Northern Territory University (NTU, sekarang Charles Darwin University), Darwin-Australia pada Tahun 1996. melanjutkan studinya ke jenjang Strata-3 pada Program Pascasarjana Studi Pembangunan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) sejak akhir tahun 2004 dan memperoleh gelar Doktor Studi Pembangunan melalui promosi (ujian terbuka) pada bulan Februari 2008. saat ini aktif mengajar sebagai dosen tetap di Jurusan Sosiologi Fisip dan Pascasarjana Sosiologi Universitas Pattimura Ambon.

Jumat, 22 Februari 2008

Selayang Pandang Jemaat GPM Silo

Prolog
Penuturan sejarah dalam perspektif iman orang percaya, sesungguhnya menempatkan sikap dan cara pandang kita untuk memaknai setiap momentum historis bukanlah semata sebagai suatu daftar faktual dari sejumlah deretan angka, nama, tempat dan peristiwa tertentu. Melainkan, lebih dari pada itu, melaluinya, kita semakin memiliki kesadaran diri, iman dan panggilan tentang: siapakah kita (gereja) dan Tuhan yang kita imani di tengah sejarah, serta sejauhmana dinamika dan dialektika iman dan kehidupan kita selaku gereja yang “berada di dunia, namun bukan berasal dari dunia”, tetap bermakana di tengah zaman.
Gereja dan Jemaat GPM Silo, bukanlah datang dari kekosongan. Sebagai institusi gereja maupun sosial, SILO bertumbuh di tengah kancah sejarah kelampauan dan kekiniannya untuk menyongsong masa depannya. Rona-rampi wajah SILO, sungguh tak tersangkali: kadang cerah-ceria, namun kadang pula gundah-resah, bahkan nyaris sirna di telan “badai zaman”. Namun dalam kasih dan sayang Tuhan Yesus, Penguasa gereja dan sejarah dunia, SILO tetap menyejarah, melewati arus kehidupan, mewujudkan tanggung jawabnya selaku gereja Kristus.
Dalam kesadaran dan spiritualitas sedemikianlah, Selayang Pandang Jemaat GPM SILO ini ditulis sebagai bagian dari upaya “pembelajaran dan refleksi diri umat dan pelayan di tengah sejarah pergumulan imannya”, demi kemuliaan nama Tuhan.


Awal Mula itu …
Sejarah gereja dan jemaat GPM SILO tidaklah dapat dilepaspisahkan dari sejarah Gereja Protestan Maluku, sejak abad ke-17 sampai abad ke-21. Spirit of the triple-G (Gold, Glory, Gospel, selanjutnya dimengerti sebagai perdagangan atau ekonomi, kemuliaan-kekuasaan/Politik, dan penginjilan/agama) sesungguhnya telah melatari kehadiran bangsa Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda di Maluku. Terlebih khusus di kota Ambon, ibukota karesidenan Maluku pada abad ke-16 dan ke-17 sejak memasuki era kolonialisme Belanda, maka gereja di Maluku mulai bertumbuh dalam bingkai gereja-negara (Indische Kerk). Pada tahun 1621, terbentuklah Majelis Jemaat pertama di Indonesia dengan berkedudukan di Batavia (Jakarta), menyusul Majelis Jemaat di Banda tahun 1622. Sebagai dampaknya, aktifitas penginjilan pun mulai kian marak dan intens dilakukan, khusunya melalui peran Pendeta Hulsebos, yang telah berupaya membuat pelayanan ke Ambon, namun kapalnya tenggelam di teluk Ambon, beliaupun meninggal, dan misinya dilanjutkan oleh Pendeta Rosskot (yang selanjutnya pula berperan dalam menyelenggarakan Pendidikan Teologi pertama di Ambon, Maluku maupun Indonesia).
Setelah VOC dibubarkan pada tahun 1799, maka ada sejumlah jemaat di Indonesia yang terlantar, termasuk beberapa jemaat di Ambon. Karena itu, NZG (Nederlands Zending Genootschap) mengutus Josep Kam pada tahun 1821
(untuk selanjutnya Kam dikenal dalam sejarah Injil di Indonesia - Asia Tenggara sebagai Rasul Maluku).
Ketika Josep Kam mendata jemaat-jemaat di Ambon pada tahun 1821, terindikasikan adanya beberapa jemaat yang tidak terdata yakni jemaat Urimessing-Silale, jemaat Rumahtiga Soaema dan jemaat Mardika Halong, yang Terpisah selaku jemaat Bandar Ambon. Selanjutnya, jemaat Urimessing Silale
Inilah yang menjadi cikal bakal jemaat SILO. Seterusnya, jemaat Rumahtiga Soaema menjadi jemaat Bethania, jemaat Mardika Halong menjadi jemaat Bethel. Sementara itu, jemaat di negeri-negeri Urimessing lainnya (a.l.: Mahia, Kusu-kusu Sereh, Seri, Tuni, dan Siwang) kian memekar dan bertumbuh menjadi jemaat sendiri.

Dari Lokasi Perdana ke Lokasi Kininya
Pada tahun 1918, persekutuan warga jemaat Silo yang sebelumnya sejak Tahun 1781 telah menjadi Wyk Pelayanan dari gereja Pusat (Groote Kerk, yang Dibangun tahun 1781 oleh Bernardus van Pleuren di Kampung Cina Ambon, lokasi saat ini tepat di Gedung PUSKUD, jalan A.J. Patty), dibangunlah sebuah Gedung Gereja sederhana di lokasi yang saat ini ditempati Toko Buku Gunung Nona. Gedung gereja tersebut hanya berdinding gaba-gaba dan beratapkan daun sagu.
Akibat perkembangan populasi jemaat, maka pada tahun 1923 – sesudah Perang Dunia-I dibangunlah gedung gereja Silo yang permanen di lokasinya saat ini, dengan memakai Toreng atau Menara lonceng (sekaligus menandai awal mulanya ciri gereja ber-toreng di Ambon, Maluku).

SILO: Berkali-kali Jatuh-Bangun !
Sungguh tak dinyana, gereja SILO yang sejak berdiri di lokasinya saat ini, Telah mengalami pembangunan ulang sebanyak 4 kali di tempat yang sama, dengan berbagai latar sebab, antara lain:
1. Sebagai dampak dari perkembangan jemaat, beralih dari gedung gereja
perdana ke lokasi saat ini
2. Sebagai akibat dari Perang Dunia II (ketika Sekutu membombardir kota
Ambon pada tanggal 28 Agustus 1944)
3. Pada masa RMS tahun 1950 (ketika RMS membakar kota Ambon, termasuk
membakar gereja darurat Silo yang dibangun tahun 1945)
4. Pada masa konflik Ambon/Maluku tanggal 26 Desember 1999

Sekilas Wajah Penatalayanan SILO
Sejak jemaat SILO mewadahi diri sebagai jemaat yang tersendiri, maka Upaya penatalayanan kehidupan jemaatpun berkesinambungan dari masa ke Masa, antara lain dapat disebutkan : Pada masa Perang Dunia I dan II, majelis jemaat SILO tidak dipilih melainkan ditunjuk Majelis jemaat Bandar Ambon bertugas di gereja-ghereja Wyk yang lainnya (a.l.: Majelis jemaat SILO bertugas di jemaat Wyk Bethel maupun Bethania). Anggota Majelis Jemaat SILO yang tidak dipilih melainkan ditunjuk serta yang tidak mengalami periodesasi (bertugas hingga akhir hidup) dan sekarang telah almarhum-berapa di antaranya yang mengabdi pada masa sebelum Perang Dunia II (1938) hingga tahun 1973 antara lain : Bpk. W. Ophier, Bpk. Bernardus, Bpk. H. A. Risakotta, Bpk. Mr.Chr.Soplanit, Bpk.S. Soplantila, Bpk.H. Kainama, Bpk. Jo Loupatty, Bpk. Jo Tehusilawane, Bpk. Bert. Masrikat, Bpk. P. Manuhuttu, Ibu Sitania, Ibu Lies Huwae, Ibu O. Berhitu.

Pada tahun 1974, untuk pertama kalinya SILO menyelenggarakan pemilihan majelis jemaat dengan periodesasi 4 tahun. Dengan demikian, penataan pelayananpun dikembangkan dalam wadah sektor pelayanan, yang antara lain dapat dirinci :
Tahun 1974 – 1978 terdapat 14 sektor
Tahun 1978 – 1982 terdapat 25 sektor
Tahun 1982 – 1986 terdapat 14 sektor
Tahun 1986 – 2004 terdapat 16 sektor

Beberapa nama para pendeta yang diperkenankan Tuhan untuk menanam dan menyiram di kebun anggur SILO hingga saat ini, berturut-turut antara lain:

Pdt. Z. Siahaya (alm)
Pdt. Frederick Holle (alm)
Pdt. J. Holle (alm)
Pdt. A. Latukolan (alm)
Pdt. D. Karual (alm)
Pdt. J. Manuputty (alm)
Pdt. J.Z. Wattimena (alm)
Pdt. E. Latumaerisa (alm)
Pdt. A. Pattianakota (alm)
Pdt. I. Ihalauw (alm)
Pdt. Tallaut (alm)
Pdt. P. Noiya (alm)
Pdt. Nn. Sapulette
Pdt. Nn. M. Pattipeilohy
Pdt. Nn. J. A. Mustamu
Pdt. W. Kunu (alm)
Pdt. C. W. Ririhena
Pdt. Nn. Sonya Parera
Pdt. A. Rehawarin
Pdt. Ny. R. N. Sopacua
Pdt. Th. Pelmelay
Pdt. Ny. R. Rumthe
Pdt. M. Liang
Pdt. Ny. M. Wattimury/S
Pdt. Ny. D. Gasperzs/S
Pdt. A. Lopulalan

Sementara yang mengabdikan hidupnya sebagai Tuagama (kostor) hingga Kini, yakni :

David Parera (alm)
Daan Talanila (alm)
Ferdinand Souhoka (alm)
Dominggus (Ade) Aponno
Jacobis Pieters
Yohanis Mauwa
Weynd de Frets
Matheis Parera
Mantou Awad
Semuel Soplantila

Anatomi Jemaat Silo kini
Jemaat Silo kini memiliki komposisi jemaat sebagai berikut:
807 Kepala Keluarga dengan 3231 jiwa yang terdiri dari 1516 Laki dan 1715 Perempuan; 735 orang tidak tamat SD, 418 tamat SD, 1239 tamat SLTA, 45 tamat D1/D2, 70 orang tamat D3, 246 tamat S1, 12 tamat S2 dan 1 tamat S3; Yang berdiam di 7 barak pengungsian sebanyak 86 KK, di rumah keluarga 86 KK, berdiam di bangunan lain 365 KK, di rumah yang telah dibangun 95 KK dan di rumah yang belum dibangun 324 KK.

Epilog
Demikianlah selayang pandang jemaat GPM SILO yang ditulis dengan menyadari, betapa banyak pula goresan sejarah yang belum sempat dituturkan, kendati di hadapan Bapa, Sang Pemilik Kehidupan, tak ada satupun yang terlupakan. Biarlah Selayang Pandang ini, tidak dibaca dan dikenangkan sebagai bayangan yang menghantui masa lalu kita, melainkan justru sebagai sumber ke kuatan dan inspirasi historis teologis, untuk menyongsong masa depan SILO BARU, yang sungguh-sungguh baru, sebagaimana yang dikehendaki-Nya!
S y a l o m !!


Sumber :
Buku I Persidangan XXV Jemaat GPM Silo tahun 2007.
Presbiter (Penatua) Simon Pieter Soegijono sebagai Sekretaris Majelis Jemaat GPM Silo Klasis Kota Ambon
Materi ini dihimpun dari berbagai sumber sejarah GPM

GEREJA SILO TAHUN 1952


Rabu, 23 Januari 2008